Meskipun sebagian besar literatur ilmiah mengenai jahe ditulis dalam bahasa China, untungnya bagian yang abstrak masih di tulis dengan bahasa Inggris, jadi saya masih bisa membaca intisari dari penelitian ini. Ketika mencari info saya memanfaatkan mesin pencari milik Google yang khusus untuk jurnal-jurnal ilmiah, yakni Google Schoolar. tidak sedikit daftar terbitan yang muncul. Memang sebagian besar berasal dari 2 negera produsen ton jahe dunia: India dan China. Saya tertarik dengan riset-riset di China. Karena risetnya sangat komprehensif, dari semua sisi. Karena tidak heran kalau hasilnya juga luar biasa.
Dari literatur itu saya dapatkan sebuah peningkatan dan pencapaian yang sangat signifikan.
- Tahun 2006 Chuang et al melaporkan jika hasil risetnya bisa memproduksi jahe hingga 58 ton/ha.
- Tahun 2007 Kong et al melaporkan jika hasil penelitiannya bisa menghasilkan produksi jahe mencapai 60 ton/hektar. Naik sedikit, tapi kemajuan yang tidak kecil.
- Tahun 2009 Dong et al melaporkan pencapaian yang diluar dugaan, produksi jahenya bisa mencapai 88 ton/ha. aje gilee
Di Indonesia juga banyak penelitian mengenai jahe. Lembaga riset yang bertanggung jawab adalah Bogor dan balitro. Sepanjang yang telah saya temukan dari literatur yang tersedia di web. Produksi jahe gajah di Indonesia baru mencapai 25-30 ton/ha. tidak sampai setengah dari produksi negara China/Tiongkok.
Hebatnya lagi, umur jahe di China hanya 5 bulan (160 hari). Artinya dalam setahun orang China bisa menanam jahe 2 kali lipat. Nah, di Indonesia masa panen jahe sekitar 8-10 bulan. Setahun hanya sekali panen.
Budidaya jahe gajah dan jahe-jahe yang lain sedang populer di Indonesia. Permintaan ekspor dari Indonesia sedang naik. Konon, buyer-buyer international mengalihkan pembelian jahe dari negera-negara top produsen ke Indonesia. Entah apa alasannya tidak tahu. Tapi, yang jelas akibat permintaan ini, pertanian jahe di Indonesia sedang marak-maraknya. Harga jahe di Indonesia juga sedang bagus saat ini. Bahkan lebih tinggi dari harga market jahe di pasaran dunia. Aneh, bukan?
Budidaya jahe yang sekarang ngetrend di Indonesia adalah budidaya dengan menggunakan polybag. Saya hanya mendengar cerita dari orang-orang, kalau produksi jahe gajah dalam polybag bisa mencapai 10 kg. Jika ini benar, hasil ini equivalen dengan 60 ton/ha. Hasil yang sangat-sangat fantastis. tapi, bagi saya juga sekaligus meragukan. Hasil penelitian Balitro saja paling banter cuma 30 ton/ha….??? Kenapa saya tidak percaya 100% dengan cerita ini, karena yang mengatakan adalah sales.
selisih produksi yang sangat besar ini, bagi saya, justru memicu dan menantang: menantang mencari cara bagaimana produksi jahe Indonesia bisa menyaingi China.
Meskipun saya hanya membaca sekilas, beberapa penelitian di China. ya Maklum tidak bisa membaca tulisan China. Budidaya jahe gajah di China menggunakan teknologi pupuk yang lengkap. Media tanamnya diteliti dengan detail. Kemudian komposisi pupuk, sumber pupuknya, perbandingan pupuknya, cara pemakaiannya, dosis, cara aplikasinya. Bahkan di China ada penelitian untuk meneliti kombinasi sumber pupuk makro yang berbeda dalam hal bentuknya. Selain menggunakan pupuk kimia, China juga menggunakan pupuk organik dalam jumlah banyak.
Sekarang mungkin jahe gajah di Indonesia sedang naik daun. Kalau petani kita tidak kreatif dan peneliti jahe kita tidak bergerak cepat, tidak akan bisa mengalahkan China dalam hal produktivitas. Produksi jahe di china sangat effisien, dan harganya bisa sangat terjangkau.
Harus kejar-kejaran nih. Tahun depan, saat Indonesia musim panen jahe, di Vietnam, China, dan India mungkin juga sedang masa panen. Pasaran dunia akan dibanjiri jahe. Kalau harga dan kualitas jahe tidak memenuhi standar, jangan berharap bisa bersaing di pasaran Internasional.
nb: bagi anda yang membutuhkan bibit jahe kami menyediakan bibit jahe gajah dan jahe merah yang berkualitas dan telah memenuhi standar pembibitan , untuk cara order silahkan baca disini
No comments:
Post a Comment